Kamu sampai tahap mana nih?
Tahap 1: Kamu ingin lari dari kenyataan
Ruangan kamarmu yang sedikit terkena sinar matahari entah kenapa terasa sesak. Kamu mulai mengusap mata yang sepertinya sudah mulai sembab. Hari sudah pagi, tapi kamu bahkan tidak ingat apakah semalam tertidur atau hanya dihabiskan untuk menangis. Meskipun begitu, kamu masih berharap semua yang terjadi adalah mimpi. Mulailah kamu meraba dimanakah keberadaan handphonemu, meskipun sayang layarnya gelap. Kamu mendapati tidak ada apapun disana. Tidak ada pesan. Apalagi ucapan selamat pagi. Kamupun mulai mengamati sekeliling. Masih bersikeras kalau kamu telah menjalani hari yang indah dan selamanya akan tetap seperti itu. Dan kamu mengangguk lemah, meyakinkan diri kalau semuanya baik-baik saja. Buktinya boneka kecil yang kamu dapat darinya masih tersimpan rapi di lemari kamarmu. Tersenyum dan menatapmu lembut. Kamu mengeraskan bunyi dering handphone supaya tak ada satupun telpon atau pesan darinya yang terlewat atau tidak terbaca secepatnya. Kemudian kamupun sadar kalau air matamu menetes lagi.
Tahap 2: Kamu merasakan penyesalan
Minggu ini, entah sudah beberapa bulan berlalu. Kamu bersiap untuk pergi ke suatu tempat. Setelah memakai masker timun di matamu yang mulai muncul lingkaran hitam, kamu bergegas keluar dan sampai di suatu cafe. Duduk di tempat yang sama, dan memesan makanan yang pernah kamu pesan. Anehnya, kamu memesan untuk dua orang, meskipun kamu sedang tidak menunggu siapapun. Bayangan saat kamu dan dia yang sedang bercakap-cakapun mulai muncul. Kamu berusaha keras mengingat semua ucapan dari obrolan yang kalian lakukan. Sayangnya hanya terasa samar-samar. Semua percakapan di handphone juga sudah kamu bersihkan. Kamu tahu kalau dulu tidak sepenuh hati mendengarkan ucapannya, karena kamu pikir bisa dilakukan kapan saja. Tidak pernah sekalipun kamu berpikir datangnya hari ini. Dimana kamu akan sangat senang meski hanya mendengar sepatah dua kata darinya. Kamu mulai menyesal. Kamu berpikir semua adalah kesalahanmu.
Tahap 3: Kamu mulai merasa harus pasrah
Kamu mendapati kalau ada banyak tulisan yang menceritakan kisah kalian berdua. Disimpan rapi dalam sebuah folder. Tempatmu bercerita semua penat. Hari ini, kamu berjalan-jalan di suatu taman kemudian duduk termangu, merasa harus menulis lagi. Tentang harapanmu, kisahmu. Apapun. Tapi ternyata tidak ada lagi yang bisa ditulis. Kamu mulai bingung apalagi yang belum kamu tuliskan. Ada banyak hal yang berputar di kepalamu, kenangan kalian termasuk rasa sakit hati yang tak terlupakan. Tapi karena terlalu banyak, kamu tidak bisa memilih lagi. Kamu akhirnya terdiam. Dan pada akhirnya hanya berdoa dalam diam, masih dengan harapan agar dia kembali.
Tahap 4: Kamu mulai merasakan depresi serta kesedihan yang mendalam
Ini adalah tahap dimana kamu benar-benar merasakan semua kesakitan yang kamu pendam. Kamu menyadari semua hal yang kamu ingkari adalah fakta yang tidak lagi bisa berubah. Dia sudah pergi. Dan tidak akan kembali. Itulah keadaannya. Kamu panik. Berbagai macam tekanan yang menusukmu tanpa ampun membuatmu dalam keadaan trauma. Apakah akan ada orang yang mencintaimu? Apakah hubunganmu akan selalu berakhir seperti ini? Kamu menangis sejadi-jadinya. Lebih keras, semakin keras. Diam-diam kamu memohon ampun kepada Tuhan dan berdoa agar bisa menjadi sesosok mahluk yang dicintai.
Tahap 5: Kamu sadar, kamu mulai melakukan penerimaan
Pada akhirnya kamu akan sampai ke tahap ini. Tahap dimana ada pengakuan terhadap semua yang kamu jalani. Kamu tahu kalau situasi akan menjadi baik kalau kamu menerima dan merasa ikhlas. Keikhlasan adalah hal tersulit yang selama ini selalu kamu tolak. Warna-warni yang sebenarnya sudah menunggumu, sekarang sudah mulai kamu raih. Ada banyak hal yang sudah kamu lewatkan. Berbagai kesempatan dan kebahagiaan, sebenarnya terbuka lebar saat kamu memutuskan untuk bangkit. Kamu mengajari dirimu untuk berdiri tegar dengan membawa beban yang ada. Kamu belajar bagaimana caranya terlelap dengan kekosongan dan kehampaan yang masih terasa. Kamu mengerti kalau rasa sakit adalah salah satu nilai dari kehidupan. Kamu percaya akan adanya masa depan, dan terus bersyukur agar tetap ikhlas. Karena penderitaan adalah awal dari tumbuhnya kedewasaan.
Jadi, kamu sedang dalam tahap yang mana nih?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar